Bukan Layangan Putus #Part1

NADIA (November, 2010)


Hari sudah gelap ketika Nadia pulang setelah bekerja seharian di Rumah Sakit. Ia menjalankan mobil nya pelan-pelan. Wipers mobilnya bergerak cepat seiring derasnya hujan turun. Kemudian Nadya berbelok ke arah apartemen mewah yang baru beberapa bulan ia tempati dan masuk ke area parkir basement. 


"Damn! Siapa sih yang parkir di tempat ku?!" gerutunya. Ia paling suka parkir dekat dengan lift. Suasana basement yang sepi terkadang membuat bulu kuduknya merinding jadi ingin cepat-cepat pergi dari sana. Setelah memarkirkan mobil nya, dengan setengah berlari ia menuju arah lift dan memencet tombol lift dengan tergesa-gesa.


Dibuka nya pintu apartemennya, dirinya sudah terlatih dengan suasana gelap dan hening apartemennya. Biasanya ia tinggal seorang diri saja. Tiba-tiba dadanya berdegup kencang, lampu dapurnya menyala. Ada seseorang masuk ke apartemennya. Cepat-cepat ia merogoh tas mungil nya mencari-cari semprotan merica.

The Devil is Not Wearing Any Prada

Aku berjalan santai sambil menggendong si kecil di pundak, sementara tangan kiri ku menggandeng anak tertua ku yang masih berusia 3 tahun. Sambil mendendangkan lagu anak-anak favorit mereka, sesekali kami melompat-lompat kecil.

Tiba-tiba dari arah belakang muncul mobil sedan dan berhenti di samping ku. “Tiin, tiin.” bunyi klakson menghentikan langkah kami.

“Hai mba Run, darimana?” Ternyata Fadli junior ku dulu sewaktu aku masih bekerja di salah satu Bank swasta terkemuka Nasional beberapa tahun yang lalu. “Biasa habis bawa anak-anak main ke rumah sepupu nya di gang sebelah” jawabku sumringah. Senang sekali bertemu Fadli, dengar-dengar dia sudah menjadi Supervisor di kantor unit yang baru dibuka.